Kurang Waspada, Olahraga Bikin Cedera

Kurang Waspada, Olahraga Bikin Cedera

Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.

Untuk Lebih lengkapnya dalam format doc. silahkan download melalui link dibawah ini, Semoga bermanfaat :

Klik salah satu link Ziddu or Bizhat


Created by Budi Hantoro – Chiples
😛

~ by ch1ples on March 14, 2008.

3 Responses to “Kurang Waspada, Olahraga Bikin Cedera”

  1. apa yang telah diungkapkan tersebut saya sangat setuju. saya pernah mengalami sendiri ketika melakukan aktivitas olahraga dan asal-asalan dalam melakukan latihan. hasilnya, saya mengalami cedera terkilir pada pergelangan kaki. butuh waktu yang lama untuk melakukan pemulihan.
    dengan pengalamnan tersebut maka saya akan sangat berhati-hati ketika melakukan olahraha. ternyata olahraga yang dilakukan dengan sembarangan judtru akan membuat tidak sehat,,

  2. kita tidak perlu terlalu waspada terhadap cedera, kita hanya perlu waspada terhadap penyebab cedera dan melakukan tindakan preventif (pencegahan).
    kecelakaan dalam proses pembelajaran penjas dapat mengakibatkan siswa mengalami kerugian materi, kehilangan waktu, cedera, cacat, atau bahkan kematian. Keruagian materi yang dialami oleh siswa sangat besar jumlahnya. Jumlah itu bahkan menjadi tidak terhitung jumlahnya kalau cacat fisik dan mental yang bersifat permanen, seperti kehilangan tangan, kehilangan kaki, dan kehilangan ingatan diperhitungkan sebagai bagian dari biaya kecelakaan. Memberikan jaminan keselamatan dengan cara membatasi atau bahkan meniadakan aktifivitas olahraga bukan merupakan tindakan yang bijaksana dan jelas tidak akan menyelesaikan masalah. Yang lebih utama adalah mencari akar permasalahan, yaitu penyebab terjadinya cedera dan memberikan solusinya.
    Penyebab Terjadinya Cedera
    Menurut Hardianto Wibowo (1995: 13) berdasarkan macam-macam cedera, maka cedera olahraga dapat dibagi atas sebab-sebabnya cedera yaitu:
    a. External violence (sebab yang berasal dari luar)
    Adalah cedera yang timbul/terjadi karena pengaruh atau sebab yang berasal dari luar misalnya:
    1) Karena body contact sport: sepak bola, tinju, karate, dan lain-lain.
    2) Karena alat-alat olahraga: papan pelampung, bola, raket, dan lain-lain.
    3) Karena keadaan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya cedera, misalnya: keadaan kolam renang yang buruk.
    b. Internal violence (sebab-sebab yang berasal dari dalam)
    Cedera ini terjadi karena koordinasi otot-otot dan sendi yang kurang sempurna, sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang salah, sehingga menimbulkan cedera. Ukuran tungkai/kaki yang tidak sama panjangnya, kekuatan otot-otot yang bersifat antagonist tidak seimbang dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi juga karena kurangnya pemanasan, kurang konsentrasi ataupun olahragawan dalam keadaan fisik dan mental yang lemah. Macam cedera yang terdapat berupa: robeknya otot, tendo atau ligamentum.
    c. Over-use (pemakaian terus menerus/terlalu lelah)
    Cedera ini timbul karena pemakain otot yang berlebihan atau terlalu lelah. Cedera karena over-use menempati 1/3 dari cedera olahraga yang terjadi. Biasanya cedera akibat over-use terjadinya secara perlahan-lahan (bersifat kronis). Gejala-gejalanya dapat ringan yaitu kekakuan otot, strain, sprain, dan yang paling berat adalah terjadinya stress fractur.
    5) Pencegahan Cedera
    Menurut Andun Sudijandoko (2000: 21) mencegah lebih baik dari pada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh oleh setiap orang. Hardianto Wibowo (1995: 77) berpendapat untuk mencegah cedera olahraga kita harus melihat dari sarana dan prasarana (infra stuktur), dan ditinjau dari olahragawan sendiri.
    Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya cedera (Hardianto Wibowo, 1995: 77) adalah:
    a. Berlatih secara teratur, sistematis dan terprogram.
    b. Si olahragawan harus berlatih (bertanding) dalam kondisi sehat jasmani dan rohani.
    c. Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan (fair flay).
    d. Tidak mempunyai kelainan anatomis maupun antropometri.
    e. Memakai alat pelindung yang kuat.
    f. Melakukan pemanasan dan pendinginan.

    Usaha-usaha pencegahan menurut Andun Sudijandoko (2000: 21) yang harus diketahui oleh para olahragawan dan pelatih, di antaranya adalah:
    a. Pencegahan lewat keterampilan
    Andil besar keterampilan dalam pencegahan telah terbukti, karena persiapan olahragawan, dan risikonya harus dipikirkan lebih awal. Menurut Hardianto Wibowo (1995: 78) keterampilan merupakan faktor penting dalam mengurangi terjadinya cedera, dan pemain harus berlatih bermacam-macam segi olahraga tersebut, baik dari teknik yang paling dasar sampai teknik yang paling tinggi.
    b. Pencegahan lewat latihan
    Latihan secara terus menerus mampu mencegah cedera para olahragawan baik cedera otot, sendi, dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan. Andun Sudijandoko (2000: 23) berpendapat latihan dapat mencegah cedera, karena dapat meningkatkan kemampuan fisik, diantaranya:
    1) Strength (kekuatan)
    Dengan beban latihan yang cukup sesuai nomor yang di inginkan, otot menjadi lebih kuat dan tidak mudah cedera. Semua anggota badan harus dilatih, baik anggota badan atas ataupun bawah. anda harus mengusahakan kekuatan otot yang antagonis (berlawanan) supaya seimbang. (Hardianto Wibowo, 1995: 78).
    2) Endurance (daya tahan)
    Ini meliputi Endurance otot, paru, dan jantung. Daya tahan yang baik berarti tidak cepat lelah, karena kelelahan mengandung cedera. Hardianto Wibowo (1995: 78) berpendapat untuk mengembangkan efisiensi jantung dan paru-paru serta otot, sehingga suplai darah ke otot dan penggunaan oksigen lebih baik dan lancar. Hal ini menaikkan fungsi otot serta mengurangi kelelahan otot. Latihan berupa: latihan berirama, sircuit training atau gerakan-gerakan yang menyerupai latihan inti.
    c. Pencegahan lewat makanan
    Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena gizi dapat memperbaiki proses pemulihan kesegaran di antara makanan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan olahragawan, sehubungan dengan latihannya. Olahragawan harus makan makanan yang mudah dicerna yang berenergi tinggi, kira-kira dua jam menjelang latihan/pertandingan. Apabila tubuh manusia kekurangan gizi dari makanan yang dikosumsi maka tubuh akan menderita karenanya. Dan apabila kondisi ini berlangsung dalam jangka panjang, akan membahayakan dan memperburuk kesehatan tubuh. Olahragawan harus memperhatikan ini dengan sungguh-sungguh. (Taylor, 2002: 299).
    d. Pencegahan lewat warming-up dan cooling-down
    Melakukan pemanasan (warming-up) secara teratur dapat mengurangi kemungkinan terjadi cedera. Latihan olahraga secara terus-menerus dapat menyebabkan otot mengalami ketegangan, dapat membatasi dan menghambat jangkauan gerakan pada persendian. Oleh karena itu, otot yang kram dapat menimbulkan terjadinya cedera persendian. Latihan peregangan penting dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas olahraga, karena dapat mempertahankan fleksibilitas, mencegah strain dari otot dan mengurangi rehabilitasi dari strain otot. Pemanasan dilakukan dua tahap yaitu: (1) stretching otot, sendi dan ligamen, selanjutnya diikuti gerakan gerakan senam kecil serta jogging. (2) gerakan yang sesuai dengan cabang olahraga masing-masing, misalnya pada tenis, lakukan pada pukulan foerhand, service, drop shot. (Hardianto Wibowo 1995: 79).
    Sebaiknya peregangan dilakukan secara berpasangan karena dengan bantuan orang lain, intensitas peregangan lebih besar. Di samping itu, orang dapat memperoleh fleksibilitas yang tidak dilakukan sendiri karena terbatasnya ruang gerak sendi. Teknik kontraksi relaksasi merupakan suatu peregangan dua orang aman dan efektif. Dianjurkan, setelah berlatih maupun bertanding seseorang melakukan cooling-down dengan melakukan penguluran dan kelentukan pada seluruh otot.
    Teknik peregangan yang dapat dilakukan diantaranya dengan teknik peregangan statis yaitu peregangan yang dilakukan secara perlahan, tahan sampai titik resistensi atau sampai terasa sedikit nyeri, kemudian bertahan pada posisi meregang tersebut selama beberapa saat. Teknik peregangan yang lainya adalah dengan teknik balistis yaitu dengan gerakan yang lebih kuat dan menggunakan gerakkan-gerakan bouncing (gerakan seperti mengayun) secara berulang-ulang. Latihan peregangan dapat menjaga flexibelitas persendian, serta membantu dalam melakukan latihan inti. Di samping itu, latihan peregangan dan penguatan dapat memberikan hasil yang efektif untuk mencegah cedera pada olahraga dan dapat menjaga keseimbangan otot. Adanya kombinasi yang seimbang antara latihan penguatan dan latihan peregangan yang dilakukan akan mencegah terjadinya cedera, bahkan dapat meningkatkan prestasi olahraga. Djoko Pekik (2004: 14) berpendapat kriteria pemanasan dikatakan cukup bila:
    1) Denyut nadi 120 kali per menit.
    2) Suhu badan naik 1o C- 2o C, dan badan berkeringat.
    Menurut Andun Sudijandoko (2000: 23) ada tiga alasan mengapa warming-up harus dilakukan, yaitu:
    1) Untuk melenturkan (streching) otot, tendon dan ligamen utama yang akan dipakai.
    2) Untuk menaikkan suhu badan terutama bagian dalam seperti otot, dan sendi.
    3) Untuk menyiapkan atlet secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.
    Bentuk cooling-down yang biasanya dilakukan setelah latihan di antaranya dengan diawali lari kecil yang bertujuan untuk menurunkan denyut nadi setelah latihan inti, kemudian dilanjutkan latihan pernapasan dengan mengatur napas, dan diakhiri dengan gerakan peregangan (stretching) untuk mengembalikan kembali otot-otot pada keadaan semula dan dapat melatih fleksibilitas otot.
    e. Pencegahan cedera lewat lingkungan
    Banyak terjadi cedera karena lingkungan, seperti seorang atlet jatuh karena tersandung. Kondisi kolam yang buruk, banyak pasir dan sampah yang berserakan di kolam (outdoor) maupun kolam (indoor) sangat membahayakan keselamatan olahragawan. Menurut Andun Sudijandoko (2000: 24-26) pencegahan lewat lingkungan meliputi:
    1) Peralatan
    Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula.
    2) Medan
    Medan untuk latihan/pertandingan mungkin alam, buatan/sintetik, keduanya dapat menimbulkan masalah. Iklim selalu berubah-ubah sehingga keadaan alam tidak menentu. Sebelum melakukan aktivitas olahraga, olahragawan hendaknya memperhatikan sekitar tempat latihan ataupun tempat bertanding, diantaranya mengetahui situasi kolam, kondisi kolam, kebersihan kolam, yang penting olahragawan mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
    3) Cuaca
    Suhu panas maupun suhu dingin keduanya berpotensi menimbulkan cedera bagi olahragawan. Dalam mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh cuaca dingin, lebih banyak ditekankan pada perlengkapan pakaian yang dikenakan selama melakukan latihan. Tujuan pencegahan ini lebih diutamakan pada, bagaimana agar terjadi keseimbangan antara suhu di dalam tubuh dengan suhu di udara di sekitar tempat latihan (Taylor, 2002: 280-283)
    f. Pencegahan lewat pakaian
    Pakaian sangat tergantung selera, tetapi haruslah dipilih dengan benar, misalnya memakai pakaian renang yang elastis, agar dapat melakukan gerakan dengan bebas.
    g. Pencegahan lewat pertolongan pertama
    Setiap olahragawan yang penah mengalami cedera ada kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau bahkan lebih berat lagi, karena ada kelemahan otot yang terlibat kurang stabil atau kelainan anatomi. Ketidakstabilan tersebut menjadi penyebab terjadinya cedera berikutnya, dengan demikian dalam menangani atau memberi pertolongan harus benar dan tepat, sehingga tidak timbul cedera lagi.
    h. Pencegahan lewat pelatih
    Harus ada tanggung jawab dari pelatih, official, tenaga kesehatan, dan atletnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa olahragawan memang siap untuk tampil. Apabila tidak janganlah mencoba-coba untuk tampilkan daripada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan olahragawan, karena itu merupakan faktor yang lebih penting.

  3. wah blog ini berguna bgt, apalagi dah ada kategorinya kalo ak lg byk tugas gini lebih mudah mencarinya..kalo bisa yg ppc ma sosiologi olahraga lbh byk lg
    makacih ya

Leave a comment